PENGARUH PERTUMBUHAN PENDUDUKTERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL
Pertumbuhan penduduk yang signifikan
akan berdampak pada perbahan sosial kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan
sosial merupakan perubahan-perubahan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system
sosialnya,termasuk didalamnya nilai-nilainya, sikap-sikap dan pola-pola
perilaku dalam masyarakat. Berikut adalah penjelasan mengenai pengaruh
pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial di masyarakat.
prinsip
atau hukum-hukum perubahan-perubahan sosial. Banyak yang berpendapat bahwa
kecenderungan terjadinya perubahan sosial merupakan gejala wajar yang timbul dari
pergaulan hidup manusia. Adapula yang berpendapat bahwa kecenderungan
terjadinya perubahan sosial manusia. Adapula yang berpendapat bahwa perubahan
sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan
keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam bentuk unsur-unsur
geografis, biologis, ekonomis, atau kebudayaan. Kemudian adapula yang
berpendapat bahwa perubahan-perubahan sosial berupa pendidik-non pendidik.
Kita
juga mengenal perubahan penduduk. Perubahan itu sendiri merupakan suatu
perubahan sosial. Disamping itu perubahan penduduk juga merupakan faktor
penyebab timbulnya perubahan sosial dan budaya. Bilamana suatu daerah baru
telah dipadati penduduk, maka kadar keramah tamahannya pun akan menurun,
kelompok sekunder akan bertambah jumlahnya, struktur kebudayaan akan menjadi
lebih rumit, dan masih banyak lagi perubahan yang akan terjadi. Masyarakat yang
keadaannya stabil, mungkin akan mampu menolak perubahan, tetapi masyarakat yang
jumlah penduduknya meningkat cepat, akan dengan cepat terimbas perubahan
walaupun secara cepat atau lambat.
Teori-teori
mengenai perubahan-perubahan masyarakat sering mempersoalkan perbedaan antara perubahan-perubahan
sosial dengan perubahan kebudayaan. Kingsley Davis berpendapat bahwa perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua
bagiannya yaitu :
kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan-perubahan dalam bentuk
serta aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan sosial dan kebudayaan
mempunyai aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkut paut dengan suatu
penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya.
Masyarakat
yang terlintas dipersimpangan jalan lalu lintas dunia selalu merupakan pusat
perubahan. Karena kebanyakan masyarakat yang terdekat hubungannya masuk melalui
difusi, maka masyarakat yang terdekat hubungannya dengan masyarakat lain
cenderung melalui perubahan tercepat pula. Sebaliknya, daerah yang terisolasi
merupakan pusat kestabilan, konservatisme dan penolakan terhadap perubahan.
Hampir semua suku yang sangat primitif juga merupakan suku-suku yang amat
terisolasi, misalnya suku Badui, Dayak, Asmat dan lain-lain. Bahkan masyarakat
yang berbudaya pun isolasi menyebabkan adanya kestabilan budaya.
Jika
suatu masyarakat belum merasa membutuhkan suatu kebutuhan yang sangat mendesak,
maka masyarakat tersebut akan tetap menolak perubahan, hanya kebutuhan yang
dianggap perlu oleh masyarakat yang memegang peran menentukan.
Perubahan
sosial dan kebudayaan dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk.
1.
Perubahan lambat
Penduduk
yang mengagung-agungkan masyarakat masa lampau, nenek moyang dan terikat
oleh tradisi dan keagamaan akan berubah secara lambat dan terpaksa. Bila suatu
kebudayaan secara relatif tetap bersifat
statis dalam jangka waktu yang lama, maka
orang-orang cenderung beranggapan bahwa kebudayaan tersebut seharusnya tetap
demikian seterusnya. Yang secara tidak sadar mereka bersifat etrosentrisme.
1.
Perubahan cepat
Masyarakat
yang berubah secara cepat dapat memahami perubahan sosial. Para anggota
masyarakatnya bersikap skeptis dan kritis terhadap beberapa bagian dari
kebudayaan tradisional mereka dan selalu berupaya melakukan
eksperimen-eksperiman baru.
1.
Perubahan kecil dan perubahan besar
2.
Perubahan yang dikehendaki (intended-change)
3.
Perubahan yang tidak dikehendaki
Suatu
perubahan sosial dan kebudayaan dapat pula bersumber pada sebab-sebab yang
berasal dari luar masyarakat itu sendiri. Contohnya adalah pengaruh kebudayaan
masyarakat lain. Apabila sebab-sebab perubahan bersumber pada masyarakat lain,
maka itu mungkin terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan
pengaruhnya. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat
mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Artinya, masing-masing
masyarakat mempengaruhi masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari
masyarakat yang lain.
Namun
apabila hubungan tersebut berjalan melalui alat komunikasi massa, maka ada
kemungkinan pengaruh itu hanya datang dari satu pihak, sedangkan pihak lain
hanya menerima pengaruh tanpa mempunyai kesempatan memberikan pengaruh balik.
Di
dalam suatu pertemuan dua kebudayaan tidak akan selalu terjadi proses saling
mempengaruhi. Kadangkala pertemuan-pertamuan kebudayaan akan saling tolak-menolak(cultural
animosity).
Apabila
salah satu dari dua kebudayaan yang bertemu mempunyai taraf teknologi yang
lebih tinggi maka yang akan terjadi adalah proses imitasi, yaitu peniruan
terhadap unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula unsur tersebut ditambahkan pada
budaya asli. Akan tetapi lambat laun unsur-unsur kebudayaan aslinya diubah dan
diganti oleh unsur-unsur kebudayaan asing tersebut.
Perubahan
tidak saja menggoyahkan budaya yang berlaku, dan merusak nilai-nilai dan
kebiasaan yang dihormati, tetapi tidak menimbulkan akibat terhadap kebudayaan
setempat. Bahkan inovasi tambahanpun dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya
lainnya. Teknologi modern menyebar ke seluruh pelosok dunia. Sebagaimana
disinggung pada sebelumnya, sampai batas-batas tertentu semua unsur baru
merusak budaya yang berlaku. Jika suatu kebudayaan yang segenap unsur dan
institusinya selaras serta terintegrasi secara baik mengalami perubahan pada
salah satu unsurnya, maka hal tersebut akan mengacaukan ketahanan kebudayaaan.
Karena kebudayaan mencapai aspek yang saling berkaitan, maka pada umumnya kita
akan merasa lebih mudah menerima serangkaian perubahan yang saling berkaitan
dari pada menerima serangkaian perubahan yang saling berkaitan daripada
menerima perubahan terpisah dalam suatu waktu tertentu. Dan dalam masyarakat
yang kacau para anggotanya, yang mengalami hambatan dalam menemukan sistem
perilaku yang cocok, akhirnya ikut menjadi perilaku yang rapuh. Manakala mereka
telah putus harapan untuk menemukan cara hidup yang baik dan telah berhenti
berupaya, maka mereka dikatakan telah kehilangan semangat hidup (demoralized).
Meskipun perubahan kadangkala membawa kepahitan, namun penolakan tersebut bisa
saja mengakibatkan kepahitan yang lebih parah, karena perubahan tidak terlepas
dari keuntungan dan kerugian. Contoh keuntungan adalah dengan perubahan
masyarakat yang terisolir menjadi lebih maju dan tidak terbelakang, modernisasi
dan lain-lain. Perancangan sosial (social planning) mencoba mengurangi
kerugian perubahan, namun keberhasilannya masih diperdebatkan.
“Tingkat
tertinggi integrasi sistem sosial yang paling mungkin tercapai didasarkan pada
seperangkat arti, nilai, norma hukum, yang secara logis dan berarti konsisten
satu sama lain dan mengatur interaksi antar kepribadian-kepribadian yang turut
serta di dalamnya. Tingkat paling rendah dimana kenyataan sosio-budaya itu
dapat dianalisa adalah pada tingkat interaksi yang berarti antara dua atau
lebih”.
(Sorokin. P, Teori Sosiologi Klasik
Modern I Doyle Paule, hal: 96, 1988)